Orang-orang menyebutku sebagai kertas. Bentukku tipis dengan warna yang
bermacam-macam tapi sering warnaku putih. Tubuhku sangat tipis sehingga
dengan mudah ditiup angin. Manfaatku sangat besar orang-orang biasa
menyampaikan apa yang dia pikirkan lewat kertas. Menulis apa saja,
karena tugasku sangat besar maka aku paling dicari orang setiap harinya.
Kadang aku menghadirkan informasi yang penting, segala kejadian yang
terjadi di penjuru dunia. Setiap hari mereka akan mencariku untuk
mendapatkan informasi itu. Aku biasa dibuat kumpulan oleh penulis dan
mereka istilahkannya dengan buku. Gudang tempat segala pengetahuan bisa
di dapat, buku biasa menjadi kebutuhan utama bagi para belajar yang
mengenyam pendidikan.
Aku bisa hadir dimanapun kapanpun dengan segala manfaatnya. Aku hadir di
sekolah membawakan pelajaran yang harus dipelajari. Bagi penulis aku
adalah media komunikasi dengan orang-orang. Menyampaikan pemikiran
kepada siapapun. Atau kadang manfaatku menjadi begitu sederhana. Kadang
aku banyak ditemukan di pasar dan tugasku adalah membukus barang-barang
yang di jual. Aku senang menjadi pesawat, anak-anak biasanya memainkanku
di kala waktu istirahat. Membentukku menjadi pesawat kemudian di
lempar. Mereka akan tertawa ketika aku bisa terbang tinggi meliuk-liuk
di langit.
Aku dihasilkan dari pabrik kertas bahan dasar untuk membuatku adalah
kulit pohon. Dioalah menjadi berlembar-lembar. Setelah itu aku akan di
pajang dengan berbagai warna di swalayan. Dan kebetulan aku menjadi
bentuk kertas yang cukup menarik, warnaku biru muda dengan hiasan
kartun. Tergantung dengan selera pembeli, kalau dipikir kemungkinan aku
akan menjadi surat. Alat bagi muda-mudi untuk mengungkapakan perasaan
kepada lawan jenis. Hmm aku senang sekali dengan tugasku kali ini.
Kemungkinan kali ini akan ada yang membeliku, membawaku ke rumah.
Memelukku menciumku seolah-olah aku dapat mewakili pacar atau pasangan.
Ya ternyata aku diambil oleh tangan seorang pemuda. Nampaknya dia mempunyai maksud tertentu membeliku.
Dan aku tahu pasti ini pertama kalinya dia menulis surat cinta. Kurasa
dia seumuran anak yang masih SMP. Rasanya sudah dari tadi dia berdiri di
rak buku, mencari buku yang sesuai dengan keinginannya. Nampaknya aku
yang dipilihnya. Aku penasaran juga dengan kisah cinta ini. Bagaimana
anak ini menafsirkan cintanya. Aku tak sabar menunggu kejadian apa yang
akan aku alami nantinya.
Setelah membayar di kasir, aku pun dibawa pulang. Siapakah anak ini aku
ingin kenal. Dia mengayuh sepedanya dengan perasaan yang tak ku tahu,
aku hanya diam di dalam tas anak ini.
Dan membawa pertanyaan-pertanyaan dalam pikiranku sendiri.
Sudah larut malam begini anak itu masih belum bisa menyelesaikan
tulisannya di tubuhku. Terhitung sudah sepuluh kali dia mengulang
tulisannya, seandainya ada kekurangan menuarutnya dia akan mengganti
kertas. Dan yang tak sesuai itu dilemparnya begitu saja. Kasihan
sekaligus lucu aku melihat tingkah anak ini. Ya beginilah keadaan orang
yang dilanda penyakit cinta. Kerjaannya suka aneh-aneh, tiba-tiba saja
muncul sikap yang sensitive dan romantis. Anak ini hampir menyudahi
puisi cintanya, semua kata-kata harus indah dapat menggugah perasaan si
pembaca. Pantas lah anak ini terus memeriksa kata-katanya, semuanya
harus tampil sempurna dan memikat.
Akhirnya selesai juga anak itu menulis, dan saat yang dinantipun segera
tiba. Pulang sekolah ini dia bertemu dengan gadis yang dia taksir. Dari
pagi tadi dia sudah memikirkan hal ini, dan dia sudah mengumpulkan
segenap kemampuannya. Kata-kata di kepalanya sudah berbaris rapi siap
untuk di keluarkan. Aku tersenyum membayangkan kejadian yang berkesan
yang pasti akan di kenang anak ini sebagai kisah cinta masa kecil. Aku
diam dengan manis di saku baju anak ini, tercium juga aroma parfumku.
Tentunya aku harus terlihat terkesan, karena nasib cinta anak ini
tergantung padaku. Kulihat tulisan tentang nama gadis itu adalah Mirna.
Sepertinya ada tangan kasar yang menarikku tiba-tiba. Aku gak tahu
apa-apa tiba-tiba saja tubuhku di remas. Siapakah yang tega melakukan
ini kepadaku dan teman baruku? Anak itu terdorong dan jatuh tak berdaya,
kaca matanya terlepas. Dia terlihat sosok yang lemah mungkin saja dia
sering dipermainkan teman-temannya. Kulihat orang yang memukulnya adalah
anak yang tinggi besar. Dia cukup berpengaruh karena dia membawa teman.
Aku kasihan melihat temanku tapi aku juga tidak berdaya. Ternyata
ceritanya menjadi melenceng jauh, aku tidak sempat dibaca sedikitpun
oleh Mirna. Nasibku akhirnya berada pada keranjang sampah bersama
teman-temanku yang lain. Nampaknya mereka bernasib sama dibuang, dibakar
atau mungkin di daur ulang. Sempek sekali rasanya banyak debu, tanah
aku kesulitan bernafas. Aku berharap sekali ada orang yang akan
menolongku.
Aku bertahan cukup lama di keranjang sampah ini nampaknya hari sudah
pagi. Namun sekolah masih sepi, sebentar lagi suasana akan berubah. Aku
ingin melihat anak kecil itu. Apa dia masih ingin melanjutkan rencananya
yang gagal. Mungkin saja dia menyerah? Aku melihat kedatangan orang
yang berbaju putih ke arahku, dia membawa bungkusan dari karung beras
juga sebuah alat pengais dari besi. Dia adalah pemulung, dia akan
membawaku bersama teman-teman untuk di jual. Setelahnya aku akan di daur
kembali, menjadi kertas yang baru. Pemulung memperbaiki kondisiku yang
lecek, dia sempat menghirup bau wangiku. Kemudian aku bergerak
meninggalkan sekolah meninggalkan anak kecil yang tidak berdaya itu.
Pemulung ini terus mencari kertas sepanjang hari. Inilah satu-satunya
yang memberinya harapan untuk bisa tetap hidup bersama keluarganya.
Bekerja tidak kenal lelah menyusuri setiap jalan, masuk ke rumah-rumah
mencari kertas. Aku harap dia banyak mendapatkan kertas. Dari pagi
hingga sore ini cukup banyak yang dia dapat, tidak hanya kertas
sepertiku. Ada banyak benda-benda terbuat dari plastic seperti
botol-botol minuman mineral. Dia menemukan rongsokan besi, nampaknya dia
tersenyum. Mungkin benda itu lebih penting artinya. Langkahnya pun
semakin mantap, bayangan mendapat imbalan lebih memacu langkahnya.
“Pak, tunggu…! Ada suara menghentikan langkahnya, dan aku seperti
mengenal suara itu. “Pak boleh saya membeli kertas bapak?” Rupanya itu
suara Mirna, belum selesai rasa penasaranku. Ternyata ada tangan yang
menarik tubuhku, Mirna membeliku dengan harga lima puluh ribu.
Kini nasibku berubah oleh Mirna.
Ingin aku melompat-lompat, karena aku diselamatkan oleh takdir Tuhan.
Aku sudah berhasil menyelesaikan tugasku, dengan jalan yang tidak
terduga. Semua perasaan pemilikku sudah tersamapaikan ke Marni dengan
jelas, rupanya dia menyambut baik perasaan itu. Dan pemilikku entah
siapa namanya? Dia tidak menjadi pemuja rahasia lagi.
http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerpen-pesan-cinta.html